
Burung merpati atau burung dara atau dengan nama ilmiah dikenal dengan Columbia Livia. Sebenarnya tidak asing bagi kita dan banyak terlihat di hamper tiap penggemar burung. Tiap acara pembukaan suatu upacara olah raga, pembukaan acara-acara resmi suatu upacara yang sifatnya missal, selalu burung merpati ini diikutsertakan. Burung merpati memang selalu menjadi pendamping dalam suatu kegiatan tertentu. Hal ini menunjukkan semakin dekatnya jalinan hubungan antara burung merpati dengan manusia.
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari burung merpati ini adalah :
1. Sebagai kesenangan atau hobby.
Bagi para penggemar burung, merpati tidak pernah ditinggalkan. Sudah dapat dipastikan diantara sekian
banyak burung yang dapat dipelihara, pasti ada satu sangkar untuk burung merpati. Suara burung merpati yang
khas dengan gerak geriknya membuat penggemar burung bisa menikmati ketenangan tersendiri. Kita sering
mendengarkan burung merpati yang dipelihara, sambil memenangkan pikiran yang kalut.
2. Sebagai penghasil daging.
Daging burung merpati cukup dikenal, baik di Indonesia di banyak negera maju. Di Amerika Serikat, burung
merpati muda berumur antara 25 sampai 30 hari sebelum saatnya bertelur dipotong dan dikenal dengan nama
“squab”. Sudah dapat dipastikan bahwa dagingnya pun lebih lunak dan lebih enak dimakan. Disamping itu,
merpati yang telah tua, sering pula dimanfaatkan sebagai penghasil daging meskipun sudah tidak selunak daging
merpati muda tadi.
3. Tinja yang dihasilkan.
Tinja ini dapat dipergunakan untuk tanaman pekarangan seperti bunga-bungaan. Memang jumlahnya tidak
banyak, tetapi manfaatnya untuk menyuburkan tanah pada tanaman bunga hias itu cukup besar.
4. Untuk perlombaan dan tugas-tugas “khusus”
Perlombaan yang dimaksudkan adalah perlombaan keindahan merpati, perlombaan terbang jauh dan kembali
serta untuk merpati pos. Peranan unggas ini dalam perang Dunia II sebagai “merpati pos” sudah dikenal.
Sedangkan dalam perlombaan selain prestasi pemeliharaannya dinilai, juga dimanfaatkan sebagai arena adu
keuntungan bagi para penggemar “adu nasib”. Di daerah-daerah tertentu, burung merpati dikaitkan dengan
kegiatan religius untuk “menentramkan pemiliknya” ada pula yang mengaitkan unggas ini dengan “symbol
kedamaian”.
Bagi kita yang jelas adalah burung merpati dapat digunakan sebagai HOBBY dan sebagai PENGHASIL DAGING. Sebagai penghasil telur? Tidak dapat diandalkan! Sifatnya “burung liar/burung alami” masih melekat kuat, walaupun burung merpati ini dipelihara oleh banyak orang sejak dahulu kala. Setelah bertelur satu atau dua butir, betinanya akan mengerami. Ini merupakan ciri khas unggas yang belum “ditangani” oleh manusia. Ayam ras dahulu kala, sebelum di “perbaiki” seperti sekarang ini, produksi telurnya juga sedikit. Contohnya lihat saja ayam hutan, ia hanya bertelur beberapa butir saja dan terus mengeram.
Di Negara maju seperti di Amerika orang juga baru tertarik pada daging merpati. Ini sesuatu yang wajar. Sebab usaha untuk mengubah merpati dari hanya bertelur satu dua butir menjadi bertelur terus. Seperti halnya burung punyuh misalnya, jelas tidak mudah dan membutuhkan waktu serta serangkaian penelitian yang cukup lama. Lagi pula toh sudah ada telur unggas yang mirip juga dengan telur merpati yakni telur burung puyuh yang sekarang sudah ada dimana-mana. Sehingga orang berpikir, untuk apa merpati ini diarahkan pada penghasil telur, mengapa tidak potensi yang sudah ada (yaitu sebagai penghasil daging dan sebagai burung kesayangan/hobby) itu saja dikembangkan dahulu, sementara itu hal-hal lain) dipikirkan kemudian saja.
Memang untuk memperbaiki sesuatu, kadang kala “sifat” yang tadinya sudah baik malah jadi hilang. Contohnya pada ayam ras, ketika masih sebagai ayam “asli” dahulu dia tahan penyakit. Tetapi setelah produksinya tinggi (untuk ayam broiler cepat tumbuh) lalu menjadi hilang daya tahannya terhadap penyakit. Burung-burung “liar” memang pada umumnya dianugerahi kemampuan untuk tahan terhadap penyakit. Sebabnya, burung liar itu, belum diganggu “campur tangan manusia”, segala sesuatu harus dipenuhinya sendiri berdasarkan naluri. Burung merpati, walaupun telah dipelihara di dalam sangkar dengan makan-minum dan segala kebutuhannya hanya dipenuhi oleh manusia, tetapi sifatnya sebagai burung alam/burung liar tetap saja melekat. Itulah sedikit seluk beluk burung merpati dari segi manfaat dan sifatnya. Bila dilihat pada gambar 1, burung merpati atau dalam bahasa inggris disebut pigeons, masih mempunyai “saudara” lain. Burung merpati ini dalam evolusinya, kemudian mempunyai hubungan “saudara dengan burung “Dodo”. Terlihat jauh terpisah dari burung puyuh (Quail).